counter

Sabtu, 28 Juni 2014

RELAX SEJENAK MELAPASKAN BEBAN KERJA, LAPAS SLAWI GELAR ACARA MANCING BERSAMA



SLAWI - Suasana pagi yang menyejukkan, segar, sehat dan bersih udaranya, suasana yang sangat tepat untuk sejenak menghilangkan kepenatan terhadap rutinitas kerja. Stres di tempat kerja merupakan hal yang hampir setiap hari dialami oleh para petugas Pemasyarakatan. Petugas Pemasyarakatan, seperti di Lapas Slawi mayoritas disibukkan dengan deadline penyelesaian tugas, tuntutan pengamanan penghuni yang cenderung bertambah, dan pelayanan masyarakat yang semakin hari tentunya tidak semakin ringan, serta terkadang harus bertentangan satu dengan yang lain, masalah keluarga, beban kerja yang berlebihan, dan masih banyak tantangan lainnya yang membuat stres menjadi suatu faktor yang hampir tidak mungkin untuk dihindari. Untuk itu dalam rangka mengurangi resiko stress yang berlebihan, maka digagaslah sebuah kegiatan bertajuk “Mancing dan Makan Bersama Keluarga Besar Lapas Slawi” yang sekaligus juga digunakan sebagai wadah untuk saling bersilaturahmi menyambut kehadiran bulan suci Ramadhan 1435 H.

Alasan kenapa kegiatan yang dipilih untuk membangun kebersamaan adalah mancing, karena mancing merupakan sebuah kegiatan sederhana yang multifungsi, mancing dapat melatih pikiran untuk fokus, juga bisa mengajarkan orang untuk bersabar dan bersabar. Memancing bukan sekedar kegiatan untuk menghabiskan waktu, karena  bisa menjadi media untuk  refreshing guna kembali meningkatkan produktivitas kerja petugas yang kian hari tidak kian ringan. 

Melalui kegiatan ini, Kalapas Slawi, Yan Rusmanto, Bc.IP, S.Sos, M.Si, yang merupakan inisiator terselenggaranya acara ini ingin mengambil beberapa manfaat utama yang diharapkan ke depan mampu menunjang kinerja organisasi Lapas Slawi. Pertama, menciptakan iklim kompetitif yang sportif,yang hal ini dilambangkan dengan apresiasi terhadap pegawai yang mendapat hasil pancingan terbanyak. Kedua, memberi stimulus untuk mengembangkan ide dan kreativitas pegawai, yaitu dalam bentuk penggunaan peralatan dan umpan mancing  yang sama, masing-masing pegawai diberi keleluasaan untuk memilih tempat dan cara mancing masing-masing untuk hasil maksimal. Ketiga, membangun kedekatan untuk mempermudah koordinasi sekaligus efektivitas kinerja, yaitu digambarkan dengan kesetaraan ketika keluarga besar Lapas Slawi duduk bersama beralas tikar dan menikmati makan siang bersama dalam kesederhanaan nasi berbungkus daun.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk saling menguatkan antara personil, menguatkan ikatan silaturahmi, meningkatkan produktivitas kerja. Bahwa tugas-tugas kita kedepan bukan semakin ringan untuk itu perlu dukungan semua pihak dari jajaran petugas lapas” tutur Kalapas.

Adanya momen-momen kebersamaan seperti ini, akan terus dibutuhkan dalam rangka meningkatkan koordinasi dan kekompakan antar petugas dalam bekerja. Semoga Lapas Slawi senantiasa dapat terus baik dan lebih baik dalam kinerjanya.
Salam Pemasyarakatan.!!!! (Erik Murdiyanto)

Kamis, 26 Juni 2014

Tanggap Darurat, Lapas Slawi Jalin Kerjasama Dengan Polres Tegal

SLAWI- Menyikapi dan menindaklanjuti perintah rutin Direktur Jenderal Pemasyarakatan terkait antisipasi gangguan Kamtib, Lapas Slawi berupaya untuk merespon hal tersebut dengan mengadakan latihan penanggulangan gangguan keamanan dan ketertiban yang bekerjasama dengan Kepolisian Resor Tegal.

Pelaksanaan pemilihan Umum Presiden 2014 dan penyelenggaraan kegiatan ibadah di bulan suci Ramadhan 1435 H merupakan momen yang perlu mendapatkan perhatian khusus, dimana petugas pemasyarakatan harus bekerja ekstra guna terwujudnya stabilitas keamanan dan ketertiban lapas. Menyikapi hal tersebut Lapas Slawi bekerjasama dengan jajaran Polres Tegal menggelar Pelatihan Dalmas dan Pasukan Huru-Hara bagi 55 orang petugas Lapas Kelas IIB Slawi.

Latihan ini merupakan bagian dari latihan tanggap darurat, diadakan dengan maksud memberikan pembekalan kemampuan dan skill dalam menangani dan mengantisipasi gangguan keamanan dan ketertiban,seperti terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban di Lapas/Rutan seperti huru-hara, perkelahian, pemberontakan dan pelarian serta gangguan keamanan dalam lapas lainnya. Petugas dilatih secara khusus belajar praktek membentuk formasi-formasi penanganan pengendalian masa dan cara menggunakan tongkat dan teknik negosiasi saat terjadinya kerusuhan dan gangguan keamanan lainnya.

Salah satu peserta, Dodi Musdianto (Komandan Jaga) menyatakan senang dengan latihan ini karena bisa menambah pengetahuan serta menanamkan rasa percaya diri dalam keadaan tidak diinginkan, " Semoga kegiatan seperti ini dapat terus diadakan, karena ilmunya sangat berguna untuk di lapangan" katanya.


Sementara itu menurut Kalapas Slawi, Yan Rusmanto, Bc.IP.,S.Sos.,M.Si mengatakan bahwa dengan adanya latihan ini diharapkan para petugas dapat mengatasi dan menanggulangi gangguan Keamanan dan Ketertiban yang terjadi di dalam lapas. " Lebih utama lagi para petugas harus dapat mengamankan keadaan dan juga tetap memperhatikan keselamatan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) maupun dirinya sendiri, karena walau bagaimanapun WBP juga memiliki HAM jadi tidak boleh diperlakukan semena-mena" tambah beliau. 
(Erik Murdiyanto, A.Md.IP, SH, MH)

Senin, 23 Juni 2014

Lapas Penuh Canda, Berkat Opera Pan Jera

SLAWI - "Bagaimanakah kelanjutan nasib Bejo di ibu kota, apakah dia akan benar-benar bejo seperti namanya atau malah akan terjebak dalam pergaulan dan pergalauan bebas Jakarta, jangan kemana-mana, karena di kamar juga ga ada apa-apa, simak kelanjutannya hanya di Opera Pan Jeraa..........yaaaa eeee" demikian seru sang dalang. Monolog seperti ini memang akrab kita dengar dari mulut pelawak Parto ketika menjadi dalang di acara komedi Opera Van Java (OVJ) di salah satu stasiun TV swasta nasional, tapi kali ini kita tidak sedang membahas acara tersebut, ini adalah salah satu contoh monolog dalang Opera Pan Jera (OPJ) ketika sedang mementaskan show rutinnya yang biasa digelar setiap hari Sabtu atau ketika ada acara-acara kedinasan lainnya di Aula DR Sahardjo Lapas Slawi. 

Opera Pan Jera, (pan jera dalam bahasa Tegal bermakna ingin tobat) merupakan salah satu kreasi warga binaan Lapas Slawi di bidang seni. Ide yang muncul dari warga binaan direspons positif, difasilitasi dan diberikan pembinaan oleh institusi Lapas Slawi, sehingga melahirkan sebuah seni pementasan yang menarik untuk dijadikan tontonan dan layak untuk dijadikan tuntunan bagi warga binaan. Bermaterikan 70% unsur komedi dan selebihnya berupa pesan-pesan, dan himbauan positif OPJ merupakan salah satu media efektif untuk menjaga kondusifnya situasi di Lapas Slawi. Dengan mengadopsi format dari OVJ yang tayang di TV, OPJ dapat menjadi ajang memunculkan kreativitas dan inovasi dari warga binaan sekaligus hiburan segar di dalam panas dan sesaknya tembok penjara.

Kalapas Slawi, Yan Rusmanto, Bc.IP, S.Sos, M.Si menilai adanya Opera Pan Jera ini adalah wujud nyata dari program pembinaan yang bersinergi. "Ini adalah bukti kalau warga binaan juga mempunyai potensi, punya kreativitas, jadi sebagai sebuah institusi yang bertugas memberi pembinaan, kita berkewajiban memaksimalkan itu semua " tambah beliau. Dengan melibatkan puluhan warga binaan baik sebagai "wayang-wayang", musisi, tim kreatif ataupun crew, OPJ ini menegaskan jika kekompakan antar sesama WBP di Lapas Slawi sangat kuat. Melalui persiapan yang tidak sebentar, mulai dari pembuatan cerita, latihan peran, pembuatan setting dan lain sebagainya nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan tertanam kuat dalam diri WBP.

Sejauh ini Opera Pan Jera sudah dipentaskan beberapa kali di Lapas Slawi, di antaranya adalah ketika Upacara Pemberian Remisi, 17 Agustus 2013 dan Upacara Sertijab Kalapas Slawi, Januari 2014 dimana di kedua acara tersebut Opera Pan Jera WBP Lapas Slawi berkesempatan disaksikan oleh Kakanwil Kementerian Hukum dan HAM RI Jawa Tengah, Rinto Hakim, SH, MH dan juga Bupati Tegal, Enthus Susmono, Ph.D. Dalam sebuah kesempatan Bupati Tegal mengungkapkan ketertarikannya terhadap OPJ ini dan bahkan berkeinginan untuk dapat memfasilitasi OPJ untuk tampil di salah satu spot terbuka di Kabupaten Tegal. 

Lapas boleh diidentikkan dengan keras, garang, galak dan lain sebagainya. Namun, dengan adanya Opera Pan Jera ini, Lapas Slawi berusaha menjadi tempat yang lebih bersahabat, nyaman dan penuh canda tawa sehingga program pembinaan yang dijalankan dapat berjalan dengan lebih baik dan output-nya dapat membentuk pribadi yang jauh lebih baik dan diterima oleh masyarakat. (Eko Nugroho)

Jumat, 13 Juni 2014

Pupuk kemandirian WBP Lapas Kelas IIB Slawi dengan Budidaya Lele

Sebagai Unit Pelaksana Teknis dibawah Kementerian Hukum HAM RI Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Slawi mempunyai fungsi melakukan pembinaan Narapidana / Anak Didik. Disamping itu mempunyai tugas memberikan pembinaan kemandirian kepada WBP, pembinaan – pembinaan yang dilakukan di Lapas Slawi berupa bimbingan latihan kerja dan sekaligus mengelola hasil kerja sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam rangka pembinaan ketrampilan narapidana dan anak didik sebagai bekal apabila kembali ke masyarakat. Dalam upaya memaksimalkan potensi para WBP dan sarana prasarana Bengkel Kerja, Kasubsi Gitja selalu mencari inovasi dan melakukan peningkatan baik kwalitas produksi dan kwantitas ragam kegiatan keterampilan. Kedepan target yang akan dicapai adalah Lapas Kelas IIB Slawi mempunyai produk unggulan yang dapat dikenal dan bersaing dengan pangsa pasar di wilayah Kabupaten Tegal dan sekitarnya.

Salah satu kegiatan yang sedang dikembangkan jajaran Kegiatan kerja adalah budidaya ikan Lele. Budidaya ikan lele sangat diminati masyarakat terutama para peternak lele, karena pasarnya yang terus berkembang. Pemerintah juga gencar memberikan dukungan melalui riset benih lele unggul dan kampanye gerakan makan ikan. Sehingga bermunculan sentra-sentra budidaya ikan lele di sejumlah daerah di Kabupaten Tegal.

Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, budidaya ikan lele sebaiknya tidak dilakukan secara sampingan atau sekadar kegiatan subsisten. Ikan lele sanggup hidup dalam kepadatan tebar yang tinggi dan memiliki rasio pemberian pakan berbanding pertumbuhan daging yang baik. Oleh karena itu, usaha budidaya ikan lele akan memberikan keuntungan lebih apabila dilakukan secara intensif.


Terdapat dua segmen usaha budidaya ikan lele, yaitu segmen pembenihan dan segmen pembesaran. Untuk Lapas Kelas IIB Slawi ini yang dilaksanakan adalah budidaya ikan lele segmen pembesaran. 




Dari 1000 anakan yang sudah di budidayakan sekarang sudah menginjak 2500 ekor, demikian disampaikan Fajar Setiawan ,A.Md IP, SH Kepala Subseksi Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIB Slawi. Alhamdulilah disamping sebagai sarana pembinaan juga kami sudah menikmati hasilnya, beberapa kali panen, dan kemarin terakhir kami panen 85 Kg lele siap jual, yang langsung diambil oleh tengkulak ditempat, demikian paparnya.

Upaya untuk mengoptimalkan hasil dari pembesran lele ini semakin digalakan dan ditingkatkan oleh jajaran Subseksi kegiatan kerja, antara lain salahsatunya dengan menggandeng dinas terkait yang memberikan bimbingan dan penyuluhan kaitanya dengan pembudidayaan Lele.

Kedepan Kegiatan pembudidayaan lele ini bisa memberikan ilmu dan bekal yang cukup berharga bagi para Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Klas IIB Slawi jika mereka bebas kelak, sehingga mereka bisa menjadi manusia pembangunan dan manusia mandiri yang mampu memberikan kontribusi bagi kemandirian bangsa. (@setya_ardi1)